Sejarah Wayang Golek "Warisan Kebudayaan Pasundan Jawa Barat" Yang Harus di Jaga Kelestariannya

/ 26 Maret 2018 / 3/26/2018 01:27:00 AM


 
Ki Dalang Suhedra Supriadi (cecep muda)
red,MPW,-Banyak yang harus kita pelajari dari kebudayaan yang ada di Jawa Barat. Jika kita merasa bahwa Budaya Jawa Barat merupakan bagian dari negara Indonesia, tidak ada salahnya mengenal Kebudayaan Jawa Barat.
Provinsi jawa barat memiliki filosofi yang patut di acungi jempol, diantaranta adalah Silih Asah Silih Asih dan Silih Asuh. Ketiga filosofi tersebut merupakan filsafat hidup yang di pegang penduduk asli Jawa barat. Dan kebudayaan Jawa Barat lebih kita kenal sebagai Sunda yang ber ibukota di Bandung.

Maksud dan arti filosofi tersebut adalah menimbulkan sifat dan sikap untuk untuk saling mengasuh , saling mengasihi dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman antar sesama. Masyarakat Jawa Barat memiliki keluhuran akal budi yang di landasi oleh filsafat tersebut. Agak berbeda dengan kebudayaan masyarakat lain di Nusantara, Masyarakat jawa barat yang berbahasa sunda sangat dipengaruhi budaya yang berakar pada nilai-nilai yang berasal dari tradisi masyarakat setempat. Dan dalam interaksi sosial, masyarakat di di jawa barat menganut falsafah seperti yang sudah di sebutkan tadi.

Rasa persaudaraan menciptakan keakraban masyarakat Sunda dengan lingkungan sehingga tampak dari bagaimana masyarakat Jawa Barat, khususnya yang tinggal di pedesaan, mereka memelihara kelestarian lingkungan dengan cara penuh kerja sama dengan warga setempat. Sehingga di provinsi Jawa Barat ini banyak muncul masyarakat yang atas inisiatifnya sendiri dapat memelihara lingkungan alam mereka.

Dalam kehidupan beragama, masyarakat di jawa barat relatif dikenal sebagai masyarakat yang sangat agamis dan relijius, dan memegang teguh nilai-nilai agama yang di anut di yakini yakni agama Islam. Sebagian besar penduduk jawa barat memeluk agama islam, disusul Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu, Budha, dan lainnya.
Sebagian besar budaya Jawa Barat didominasi suku Sunda dan adat tradisionalnya yang penuh khasanah Bumi Pasundan menjadi cermin kebudayaan di jawa barat. Untuk melestarikan budaya Jawa Barat
 
Suhedra Supriadi (cecep muda)
Sejarah Wayang Golek dari Bumi Pasundan

Ketika mendengar mengenai wayang golek, secara langsung kita sepakat menamainya sebagai salah satu warisan kebudayaan bumi pasundan. Seni pertunjukan  wayang trimarta atau tiga dimensi ini sangat banyak dijumpai di wilayah jawa barat, mulai dari daerah Banten sampai Cirebon, atau bahkan daerah perbatasan dengan Jawa Tengah masih sering dipertunjukan kesenian ini.
Wayang golek sendiri merupakan sebuah tokoh pewayangan yang terbuat dari boneka kayu yang dicat sedemikian rupa, pertunjukan wayang golek biasanya digunakan sebagai media untuk bercerita, edukasi, ataupun sarana dakwah melalui kisah sejarah jawa, tentang islam, mahabharata, dan lain-lain. Pada masa sekarang ini, wayang golek sudah mulai termakan oleh modernisasi, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa wayang golek merupakan seni rakyat yang sangat penting dan memiliki nilai sejarah. Untuk mencintai budaya wayang golek kita perlu mengenal lebih jauh kesenian ini melalui sejarahnya.

1. Sejarah Asal-Usul Wayang Golek

Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari keberadaan wayang kulit, Sejalan dengan itu berkenaan penyebaran wayang di Jawa Barat adalah pada masa pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudian disebarluaskan para Wali Sanga. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568 memegang kendali pemerintahan di kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah untuk memperluas penyebaran agama Islam

2. Perkembangan Wayang golek Berbahasa Jawa

Seriring kehadiran wayang golek di babad jawa pada sekitar 1548 Sunan Kudus memperkenalkan budaya wayang yang terbuat dari kayu, yang kemudian disebut sebagai wayang golek. karena wayang golek sendiri adalah hasil dari perkembangan wayang kulit. Sunan kudus membuat wayang dari material kayu yang kemudian dipentaskan pada saat siang hari. pendapat tersebut diyakini sebagai awal munculnya kesenian wayang kayu yang lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara Pulau Jawa pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa yaitu kesultanan Demak tumbuh disana. Menurut legenda yang berkembang disinilah Sultan Kudus menggunakan wayang golek  dengan dialog bahasa jawa sebagai media untuk menyebarkan islam dimasyarakat.

3. Perkembangan Wayang Golek di Tanah Pasundan

perkembangan wayang golek melaju pesat, kesenian wayang golek berbahasa jawa mulai digeser ketenaranya dengan kesenian wayang golek berbahasa sunda, bisa dibuktikan dominasi wayang golek berbahasa sunda pada abad ke-17 pada masa ekspansi Kesultanan Mataram.
Pertunjukan seni wayang golek yang kala itu masih bertahan mewarisi beberapa pengaruh Hindu sebagai bekas wilayah kerajaan Sunda Pajajaran. Pakem dan ajalan ceritanya sesuai dengan versi jawa meskipun terdapat beberapa perbedaan nama tokoh, yang kedian dalam pertunjukan wayang golek berbahas sunda dikenal pula  sebagai wayang golek purwa.
Pada waktu kabupaten-kabupaten di Jawa Barat ada dibawah pemerintahan Mataram, ketika masa pemerintahan Sultan Agung (1601-1635), penggemar seni pewayang meningkat, bukan hanya dari kalangan biasa bahkan banyak bangsawan sunda yang datang ke Mataram untuk mepelajari bahasa jawa dalam konteks kepentingan pemerintahan, dalam penyebaranya wayang golek tumbuh dengan membebaskan pemakaian bahasa masing-masing. Hasilnya seni pewayangan berkembang dan menjangakau seluruh daerah Jawa Barat.
Menurut penjelasan Dr. Th. Pigeaud, bahwa seorang bupati Sumedang mendapat gagasan untuk membuat wayang golek yang bentuknya menyerupai wayang kulit dalam lakon Ramayana dan mahabharata. Perubahan dari bentuk wayang kulit menjadi golek terjadi secara berangsur-angsur, hal ini terjadi sekitar abad 18-19. hal ini diamini dengan adanya berita bahwa pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1794-1829 Dalem bupati Bandung (Karanganyar), menugaskan Ki Darman seorang pegiat wayang kulit asal Tegal Jawa tengah yang berdomisili di Cibiru, Jawa Barat untuk membuat wayang golek purwa.
Kemudian pada abad ke-20 berubahan-perubahan bentuk wayang golek menjadi semakin baik dan sempurna. Hasilnya dapat dilihat pada perkembangan wayang golek yang sering kita jumpai pada masa sekarang ini, wayang golek yang akrab kita temui tersebut adalah penyempurnaan bentuk dari wayang golek purwa sunda. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, pagelaran wayang golek mula-mula ekslusif  dilaksanakan oleh kaum bangsawan, terutama para penguasa seperti bupati di Jawa Barat mempunyai cukup andil dalam perkebangan kesenian wayang golek di Jawa Barat.
Pada awalnya pertunjukan wayang golek didelenggaran oleh para kaum priyayi (kaum bangsawan sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten baik untuk kepentingan pribadi ataupun keperluan umum. Fungsi pertujukan pada kala itu masih bergantung pada permintaan para bangsawan. pagelaran seni wayang golek memiliki tujuan bermacam-macam, dari mulai yang sifatnya ritual, ataupun dalam rangka tontonan atau hiburan semata. Pertunjukan yang bersifat ritual sudah jarang dipentaskan, misalnya saja pada upacara sedkah laut atau sedekah bumi, yang biasanya hanya diadakab setahun sekali.
pementasan yang masih bertahan sampai sekarang adalah pertunjukan seni wayang golek untuk hiburan, bisanya diselenggarakan untuk memriahkan acara peringatan kabupaten, hari kemerdekan Indonesia, Syukura, hajatan, dan lainnya. Walaupun demikian, tak berarti esensi yang mengandung nilai tuntunan sudah hilang, dalam penuturan lakon setiap tokoh pewayangan nilai-nilai pembelajaran selalu ada.
3. Perkembangan Wayang Golek Modern
Dalam perkembangan wayang golek, pada awal tahun 70-an seni pertunjukan ini mulai menghadirkan bintang pesinden yang terkenal yang bahkan ketenaranya melebihi seorang dalang.  Pesinden pada saat ini menjadi wajib dalam pagelaran wayang sebagai pelengkapan percakapan dalang melalui para lakon wayang.
bagi seniman wayang yang masih tetap mempertahankan nilai tuntunan, mereka tetap berupaya mengembangan daya kreatifitasnya melalui keseimbangan antara penggarapan segi tontonan yang menuntun penikmatnya. Wadah, perangkat kasar, meliputi penggarapan unsur-unsur pedalangan (penggarapan tokoh, lakon, alur, sastra pedalangan, sabet, iringan, dan lain-lain). Isi dari pementasan wayang golek sejatinya wajib sampai kepada penikmatnya melalui esensi atau rohani serta pesan moral.
Kini selain sebagai seni pertunjukan wayang, kerajinan seni wayang golek juga dikonversasi sebagai cindra mata oleh para wisatawan tokoh-tokoh seperti Rama, Sinta, Arjuna, Srikandi serta tokoh punakawan seperti Semar dan Cepot bisa dibawa pulang sebagai hiasan atau benda pajangan interior.
Pada tahun 2015 perkembangan wayang golek sudah semakin pesat, sejauh ini banyak seniman-seniman yang berani bereksperimen agar dapat keluar dari pakem cerita pewayangan yang sudah ada saat ini dan mulai menggunakan instrumen musik modern dalam pertunjukan seni wayang golek.
 jawa barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulai dari bahasa yang unik , budaya kesenian wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan 
Seni pertunjukan wayang, memang memiliki sejuta makna di dalamnya. Makna bagi para pencetusnya, makna bagi para dalangnya, makna bagi penontonnya, Sedangkan bagi bangsa ini sendiri, seni pertunjukan wayang menjadi salah satu ciri khas kebudayaan yang memiliki nilai-nilai seni sangat tinggi.

 Pada zaman dahulu, di bumi pasundan kesenian wayang memang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Lebih-lebih untuk wayang golek. Di mana kala itu memang hiburan masyarakat masih sangat terbatas. Tapi seiring dengan waktu, di kala perkembangan teknologi semakin pesat, dan muncullah bioskop-bioskop, dan juga TV, seiring dengan itu pertunjukan wayang semakin terkikis ruangnya mewarnai kancah hiburan masyarakat. Terlebih di era modern seperti sekarang ini, yang sudah merambah ke era internetisasi.
             
Bisa dikatakan pertunjukan wayang hampir tidak memiliki ruang lagi di masyarakat. Pada umumnya anak-anak generasi saat ini, mengenal wayang hanya dari mata pelajaran seni dan budaya di sekolah saja. Akan tetapi, tidak benar-benar mengenalnya secara baik karena tidak menontonnya secara langsung. Bahkan terkadang mereka sudah sinis dan malas untuk menontonnya, karena anggapan terhadap pertunjukan wayang sebagai tontonan yang tidak modern dan gaul.
            
 Di sisi lain, padahal pertunjukan wayang di luar negeri sana banyak sekali yang mengapreasinya. Bahkan banyak sekali negara-negara yang takjub dengan seni pertunjukan tersebut. Tapi di negeri sendiri, sudah tidak memiliki ruang di hati lagi. Miris memang, terlebih jika seni bernilai tinggi ini sampai diklaim juga sebagai budaya negara lain.
.
Pagelaran Wayang Golek oleh ki dalang Suhedra supriadi (cecep muda)
 Wayang golek bisa terancam punah apa bila tidak kerap untuk dipertontonkan karena tidak mustahil dikalangan pemuda pemudi sudah tidak mengenali nya lagi,
Wayang golek adalah seni budaya kebanggaan masarakat pasundan warisan dari leluhur kita yang perlu dijaga kelestarianya apa bila tidak, menutup kemungkinan 10 atau 15 thn kedepan bisa terancam punah,apa lagi saingan seni budaya di jaman sekarang serba canggih alias modern,dikalangan kaum pemuda pemudi,lebih menyukai seni yang lebih modern ketimbang wayang golek,akan tetapi bisa saja seni wayang tetap exis dikalangan masarakat baik tua atau muda,apa bila pagelaran wayang di sesuaikan dengan keadaan jaman peran tersebut sudah barang tentu kembali ke dalang selaku insan pelaku seni itu sendiri ,artinya bahwa dalang harus pandai memerankan dengan penyesuaian  kultur kehidupan manusia dijaman nya,karna cerita wayang merupakan cerita gambaran kehidupan manusia,  manusia bernegara,berbangsa,beragama,bersosial,berbudaya,beridihologi ,berpolitik,beradat istiadat,dan sebagai nya,maka dari itu seni budaya wayang bisa disebut multi pungsi serta adiluhung,mempunyai (filosopi yang sangat tinggi) atau bisa juga disebut corong,pemerintah,corong masarakat,serta menyampaikan saran dan keritik ,( keritik membangun)

 "menurut tokoh seniman muda suhedra supriadi (cecep muda) wayang golek bukan hanya hiburan  akantetapi kalau dicermati dengan seksama,justru itu bisa dijadikan cermin untuk kehidupan manusia dan pengetahuan luar biasa untuk kita semua dan anak cucu generasi penerus bangsa, dan dari pewayangan justru bisa menyampai kan keritik dan saran,untuk membangun serta manusia akan tau jati dirinya agar tidak tersesat keluar dari koridor kehidupan yang terarah, justru dari cerita cerita judul wayang, kita bisa mengambil hikmahnya dari judul wayang tersebut agar bisa membedakan baik dan buruknya bisa dinilai Dari alur judul tersebut.**Asep E**
Komentar Anda

Berita Terkini