red,MPW,-Banyak yang
harus kita pelajari dari kebudayaan yang ada di Jawa Barat. Jika kita merasa
bahwa Budaya Jawa Barat merupakan bagian dari negara Indonesia, tidak ada
salahnya mengenal Kebudayaan Jawa Barat.
Provinsi
jawa barat memiliki filosofi yang patut di acungi jempol, diantaranta adalah
Silih Asah Silih Asih dan Silih Asuh. Ketiga filosofi tersebut merupakan
filsafat hidup yang di pegang penduduk asli Jawa barat. Dan kebudayaan Jawa
Barat lebih kita kenal sebagai Sunda yang ber ibukota di Bandung.
Maksud dan
arti filosofi tersebut adalah menimbulkan sifat dan sikap untuk untuk saling
mengasuh , saling mengasihi dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman antar
sesama. Masyarakat Jawa Barat memiliki keluhuran akal budi yang di landasi oleh
filsafat tersebut. Agak berbeda dengan kebudayaan masyarakat lain di Nusantara,
Masyarakat jawa barat yang berbahasa sunda sangat dipengaruhi budaya yang berakar
pada nilai-nilai yang berasal dari tradisi masyarakat setempat. Dan dalam
interaksi sosial, masyarakat di di jawa barat menganut falsafah seperti yang
sudah di sebutkan tadi.
Rasa
persaudaraan menciptakan keakraban masyarakat Sunda dengan lingkungan sehingga
tampak dari bagaimana masyarakat Jawa Barat, khususnya yang tinggal di
pedesaan, mereka memelihara kelestarian lingkungan dengan cara penuh kerja sama
dengan warga setempat. Sehingga di provinsi Jawa Barat ini banyak muncul
masyarakat yang atas inisiatifnya sendiri dapat memelihara lingkungan alam
mereka.
Dalam
kehidupan beragama, masyarakat di jawa barat relatif dikenal sebagai masyarakat
yang sangat agamis dan relijius, dan memegang teguh nilai-nilai agama yang di
anut di yakini yakni agama Islam. Sebagian besar penduduk jawa barat memeluk
agama islam, disusul Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu, Budha, dan
lainnya.
Sebagian
besar budaya Jawa Barat didominasi suku Sunda dan adat tradisionalnya yang
penuh khasanah Bumi Pasundan menjadi cermin kebudayaan di jawa barat. Untuk
melestarikan budaya Jawa Barat
Sejarah Wayang Golek dari
Bumi Pasundan
Ketika
mendengar mengenai wayang golek, secara langsung kita sepakat menamainya
sebagai salah satu warisan kebudayaan bumi pasundan. Seni pertunjukan wayang
trimarta atau tiga dimensi ini sangat banyak dijumpai di wilayah jawa barat,
mulai dari daerah Banten sampai Cirebon, atau bahkan daerah perbatasan
dengan Jawa Tengah masih sering dipertunjukan kesenian ini.
Wayang golek
sendiri merupakan sebuah tokoh pewayangan yang terbuat dari boneka kayu yang
dicat sedemikian rupa, pertunjukan wayang golek biasanya digunakan sebagai
media untuk bercerita, edukasi, ataupun sarana dakwah melalui
kisah sejarah jawa, tentang islam, mahabharata, dan lain-lain. Pada masa
sekarang ini, wayang golek sudah mulai termakan oleh modernisasi, tapi tidak
bisa dipungkiri bahwa wayang golek merupakan seni rakyat yang sangat penting
dan memiliki nilai sejarah. Untuk mencintai budaya wayang golek kita perlu
mengenal lebih jauh kesenian ini melalui sejarahnya.
1. Sejarah
Asal-Usul Wayang Golek
Kehadiran
wayang golek tidak dapat dipisahkan dari keberadaan wayang kulit, Sejalan
dengan itu berkenaan penyebaran wayang di Jawa Barat adalah pada masa
pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudian disebarluaskan para Wali
Sanga. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568 memegang kendali
pemerintahan di kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan pagelaran wayang kulit
sebagai media dakwah untuk memperluas penyebaran agama Islam
2.
Perkembangan Wayang golek Berbahasa Jawa
Seriring
kehadiran wayang golek di babad jawa pada sekitar 1548 Sunan Kudus
memperkenalkan budaya wayang yang terbuat dari kayu, yang kemudian disebut
sebagai wayang golek. karena wayang golek sendiri adalah hasil dari
perkembangan wayang kulit. Sunan kudus membuat wayang dari material kayu yang
kemudian dipentaskan pada saat siang hari. pendapat tersebut diyakini sebagai
awal munculnya kesenian wayang kayu yang lahir dan berkembang di wilayah
pesisir utara Pulau Jawa pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di
Pulau Jawa yaitu kesultanan Demak tumbuh disana. Menurut legenda yang
berkembang disinilah Sultan Kudus menggunakan wayang golek dengan dialog
bahasa jawa sebagai media untuk menyebarkan islam dimasyarakat.
3.
Perkembangan Wayang Golek di Tanah Pasundan
perkembangan
wayang golek melaju pesat, kesenian wayang golek berbahasa jawa mulai digeser
ketenaranya dengan kesenian wayang golek berbahasa sunda, bisa dibuktikan
dominasi wayang golek berbahasa sunda pada abad ke-17 pada masa ekspansi
Kesultanan Mataram.
Pertunjukan
seni wayang golek yang kala itu masih bertahan mewarisi beberapa pengaruh Hindu
sebagai bekas wilayah kerajaan Sunda Pajajaran. Pakem dan ajalan ceritanya
sesuai dengan versi jawa meskipun terdapat beberapa perbedaan nama tokoh, yang
kedian dalam pertunjukan wayang golek berbahas sunda dikenal pula sebagai
wayang golek purwa.
Pada waktu
kabupaten-kabupaten di Jawa Barat ada dibawah pemerintahan Mataram, ketika masa
pemerintahan Sultan Agung (1601-1635), penggemar seni pewayang meningkat, bukan
hanya dari kalangan biasa bahkan banyak bangsawan sunda yang datang ke Mataram
untuk mepelajari bahasa jawa dalam konteks kepentingan pemerintahan, dalam
penyebaranya wayang golek tumbuh dengan membebaskan pemakaian bahasa
masing-masing. Hasilnya seni pewayangan berkembang dan menjangakau seluruh
daerah Jawa Barat.
Menurut
penjelasan Dr. Th. Pigeaud, bahwa seorang bupati Sumedang mendapat gagasan
untuk membuat wayang golek yang bentuknya menyerupai wayang kulit dalam lakon
Ramayana dan mahabharata. Perubahan dari bentuk wayang kulit menjadi golek
terjadi secara berangsur-angsur, hal ini terjadi sekitar abad 18-19. hal ini
diamini dengan adanya berita bahwa pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1794-1829
Dalem bupati Bandung (Karanganyar), menugaskan Ki Darman seorang pegiat wayang kulit
asal Tegal Jawa tengah yang berdomisili di Cibiru, Jawa Barat untuk membuat
wayang golek purwa.
Kemudian
pada abad ke-20 berubahan-perubahan bentuk wayang golek menjadi semakin baik
dan sempurna. Hasilnya dapat dilihat pada perkembangan wayang golek yang sering
kita jumpai pada masa sekarang ini, wayang golek yang akrab kita temui tersebut
adalah penyempurnaan bentuk dari wayang golek purwa sunda. Dalam perjalanan
sejarah selanjutnya, pagelaran wayang golek mula-mula ekslusif
dilaksanakan oleh kaum bangsawan, terutama para penguasa seperti bupati
di Jawa Barat mempunyai cukup andil dalam perkebangan kesenian wayang golek di
Jawa Barat.
Pada awalnya
pertunjukan wayang golek didelenggaran oleh para kaum priyayi (kaum bangsawan
sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten baik untuk kepentingan pribadi
ataupun keperluan umum. Fungsi pertujukan pada kala itu masih bergantung pada
permintaan para bangsawan. pagelaran seni wayang golek memiliki tujuan
bermacam-macam, dari mulai yang sifatnya ritual, ataupun dalam rangka tontonan
atau hiburan semata. Pertunjukan yang bersifat ritual sudah jarang dipentaskan,
misalnya saja pada upacara sedkah laut atau sedekah bumi, yang biasanya hanya
diadakab setahun sekali.
pementasan
yang masih bertahan sampai sekarang adalah pertunjukan seni wayang golek untuk
hiburan, bisanya diselenggarakan untuk memriahkan acara peringatan kabupaten,
hari kemerdekan Indonesia, Syukura, hajatan, dan lainnya. Walaupun demikian,
tak berarti esensi yang mengandung nilai tuntunan sudah hilang, dalam penuturan
lakon setiap tokoh pewayangan nilai-nilai pembelajaran selalu ada.
3.
Perkembangan Wayang Golek Modern
Dalam
perkembangan wayang golek, pada awal tahun 70-an seni pertunjukan ini mulai
menghadirkan bintang pesinden yang terkenal yang bahkan ketenaranya melebihi
seorang dalang. Pesinden pada saat ini menjadi wajib dalam pagelaran
wayang sebagai pelengkapan percakapan dalang melalui para lakon wayang.
bagi seniman
wayang yang masih tetap mempertahankan nilai tuntunan, mereka tetap berupaya
mengembangan daya kreatifitasnya melalui keseimbangan antara penggarapan segi
tontonan yang menuntun penikmatnya. Wadah, perangkat kasar, meliputi
penggarapan unsur-unsur pedalangan (penggarapan tokoh, lakon, alur, sastra
pedalangan, sabet, iringan, dan lain-lain). Isi dari pementasan wayang golek
sejatinya wajib sampai kepada penikmatnya melalui esensi atau rohani serta
pesan moral.
Kini selain
sebagai seni pertunjukan wayang, kerajinan seni wayang golek juga dikonversasi
sebagai cindra mata oleh para wisatawan tokoh-tokoh seperti Rama, Sinta,
Arjuna, Srikandi serta tokoh punakawan seperti Semar dan Cepot bisa dibawa
pulang sebagai hiasan atau benda pajangan interior.
Pada tahun
2015 perkembangan wayang golek sudah semakin pesat, sejauh ini banyak
seniman-seniman yang berani bereksperimen agar dapat keluar dari pakem cerita
pewayangan yang sudah ada saat ini dan mulai menggunakan instrumen musik
modern dalam pertunjukan seni wayang golek.
jawa barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa
kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulai dari bahasa yang unik , budaya
kesenian wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan
Seni pertunjukan wayang, memang memiliki sejuta makna di dalamnya. Makna
bagi para pencetusnya, makna bagi para dalangnya, makna bagi penontonnya, Sedangkan
bagi bangsa ini sendiri, seni pertunjukan wayang menjadi salah satu ciri khas
kebudayaan yang memiliki nilai-nilai seni sangat tinggi.Pada zaman dahulu, di bumi pasundan kesenian wayang memang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Lebih-lebih untuk wayang golek. Di mana kala itu memang hiburan masyarakat masih sangat terbatas. Tapi seiring dengan waktu, di kala perkembangan teknologi semakin pesat, dan muncullah bioskop-bioskop, dan juga TV, seiring dengan itu pertunjukan wayang semakin terkikis ruangnya mewarnai kancah hiburan masyarakat. Terlebih di era modern seperti sekarang ini, yang sudah merambah ke era internetisasi.
Bisa dikatakan pertunjukan wayang hampir tidak memiliki ruang lagi di masyarakat. Pada umumnya anak-anak generasi saat ini, mengenal wayang hanya dari mata pelajaran seni dan budaya di sekolah saja. Akan tetapi, tidak benar-benar mengenalnya secara baik karena tidak menontonnya secara langsung. Bahkan terkadang mereka sudah sinis dan malas untuk menontonnya, karena anggapan terhadap pertunjukan wayang sebagai tontonan yang tidak modern dan gaul.
Di sisi lain, padahal pertunjukan wayang di luar negeri sana banyak sekali yang mengapreasinya. Bahkan banyak sekali negara-negara yang takjub dengan seni pertunjukan tersebut. Tapi di negeri sendiri, sudah tidak memiliki ruang di hati lagi. Miris memang, terlebih jika seni bernilai tinggi ini sampai diklaim juga sebagai budaya negara lain.
.
Pagelaran Wayang Golek oleh ki dalang Suhedra supriadi (cecep muda) |
Wayang golek bisa terancam punah apa bila tidak kerap untuk dipertontonkan
karena tidak mustahil dikalangan pemuda pemudi sudah tidak mengenali nya lagi,
Wayang golek
adalah seni budaya kebanggaan masarakat pasundan warisan dari leluhur kita yang
perlu dijaga kelestarianya apa bila tidak, menutup kemungkinan 10 atau 15 thn
kedepan bisa terancam punah,apa lagi saingan seni budaya di jaman sekarang
serba canggih alias modern,dikalangan kaum pemuda pemudi,lebih menyukai seni
yang lebih modern ketimbang wayang golek,akan tetapi bisa saja seni wayang
tetap exis dikalangan masarakat baik tua atau muda,apa bila pagelaran wayang di
sesuaikan dengan keadaan jaman peran tersebut sudah barang tentu kembali ke
dalang selaku insan pelaku seni itu sendiri ,artinya bahwa dalang harus pandai
memerankan dengan penyesuaian kultur kehidupan manusia dijaman nya,karna
cerita wayang merupakan cerita gambaran kehidupan manusia, manusia
bernegara,berbangsa,beragama,bersosial,berbudaya,beridihologi
,berpolitik,beradat istiadat,dan sebagai nya,maka dari itu seni budaya wayang
bisa disebut multi pungsi serta adiluhung,mempunyai (filosopi yang sangat
tinggi) atau bisa juga disebut corong,pemerintah,corong masarakat,serta
menyampaikan saran dan keritik ,( keritik membangun)
"menurut tokoh seniman muda suhedra
supriadi (cecep muda) wayang golek bukan hanya hiburan akantetapi kalau
dicermati dengan seksama,justru itu bisa dijadikan cermin untuk kehidupan
manusia dan pengetahuan luar biasa untuk kita semua dan anak cucu generasi
penerus bangsa, dan dari pewayangan justru bisa menyampai kan keritik dan
saran,untuk membangun serta manusia akan tau jati dirinya agar tidak tersesat
keluar dari koridor kehidupan yang terarah, justru dari cerita cerita judul
wayang, kita bisa mengambil hikmahnya dari judul wayang tersebut agar bisa
membedakan baik dan buruknya bisa dinilai Dari alur judul tersebut.**Asep E**