Reporter : Bambang.MD
EMPAT LAWANG – (policewatch.news ) Seperti dilansir
dibeberapa media Online masalah Rapat pleno terbuka rekapitulasi dan penetapan
hasil penghitungan suara tingkat kabupaten untuk kecamatan Lintang Kanan
Kabupaten Empat Lawang, Selasa (07/05/2019) ricuh.
Pantaun wartawan didalam ruang rapat pleno, sejak awal
dimulai rapat pleno untuk DPRD Kabupaten sudah di warnai oleh intrupsi dan
sanggahan dari saksi parpol Golkar dan Nasdem. Mereka meminta buka C1 plano,
namun yang lucunya pihak Bawaslu dan KPU malah berdebat tentang aturan.
Bahkan Ketua Bawaslu Rudianto menyebut KPU Empat Lawang
“Bango (Bodoh,red)”. KPU pun hanya membatasi saat itu untuk membuka DA 1 tapi
berkeras tidak mau membuka C1 plano dengan alasan ada tahapan selanjutnya.
Puncak keributan pun terjadi saat dibuka DA 1 plano
kecamatan Lintang Kanan. Ditemui DA 1 plano untuk partai PAN dan Hanura penuh
dengan tipex. Sepontan saksi Golkar dan Hanura tidak terima melihat DA 1 plano
tersebut.
Lagi-lagi suasana panas dengan KPU melarang saksi untuk
melihat secara langsung DA 1 plano tersebut. Lalu memerintahkan dua saksi yakni
dari partai Golkar dan Nasdem untuk duduk.
Tiba-tiba kericuhan terdengar dari luar ruang rapat pleno.
Suara tembakan pun terdengar, massa pun langsung meminta KPU berlaku jujur.
Namun lima komisioner KPU Empat Lawang lari lalu meninggalkan ruang rapat
pleno.
Pihak keamanan pun langsung menjaga kondisi diruang rapat
pleno. Semua pihak diminta tenang dan bersabar.
“Saya pinta jangan ribut, semuanya sabar,” kata Kapolres
Empat Lawang AKBP Eko Yudi Karyanto didalam ruang rapat pleno.
Menurut Raka Warsi saksi dari Golkar, dugaan kecurangan ini
sudah jelas. Dari adanya dugaan pengelembungan suara sampai tadi DA 1 penuh
dengan tipex.
“Dugaan kecurangan ini semakin jelas. Lihat saja tadi DA 1 plano
penuh dengan tipex sampai juga KPU tidak mau membuka C1 plano,” ungkapnya.
Sementara Supriyanto saksi dari partai Nasdem mengaku,
keanehan yang jelas yakni DA 1 plano ada 2 dan sangat beda. Dirinya pun sangat
keberatan jika sidang pleno dilanjutkan.
“Saya sudah dua kali calon baru kali ini merasakan
kecurangan yang sangat jelas. Dimana hati nurani penyelenggara pemilu,”
cetusnya.