Petamburan |
Red,POLICEWATCH, - Nama Petamburan begitu mem-booming setelah Habib Rizieq Shihab tinggal di wilayah tersebut. Ternyata Petamburan membawa makna dan sejarah penting peradaban Jakarta.
Ingin tahu sejarah Petamburan dari masa ke masa? Berikut
data-data dan informasi yang berhasil dihimpun SINDOnews, Jumat
(1/1/2021).
Hamparan rumput berhektare-hektare terlihat di sepanjang Palmerah - Slipi di
pertengahan tahun 1700-an. Satu rumah tinggi milik petinggi VOC Andreas
Hartnick yang dibangun tahun 1790 menjadi saksi bisu hamparan itu.
Vila berlantai dua yang kini menjadi kantor Polsek Palmerah,
Polres Metro Jakarta Barat sangatlah cocok. Pemandangan indah terekam dari
lantai dua vila yang berada di atas bukit kala itu.
Rumput hijau dengan pohon rindang menjadi pemandangan yang menyejukkan. Saat
sore hari di waktu weekend sesekali Andreas dan keluarga berkuda di sekitaran
itu.
Menjelang abad 18 seiring meningkatnya ekspor pala, sebagian
tanah di sana hingga ke arah Slipi diubah menjadi perkebunan pala, sebagian di
antaranya juga menjadi lokasi pertanian.
Butuh pekerja banyak, VOC kemudian mendatangkan para pekerja dari wilayah
tengah dan barat Jawa. Mereka kemudian diperbantukan menggarap perkebunan dan
pertanian.
“Seiring itu muncullah permukiman di sekitaran Poetamburan (kini Petamburan),”
kata sejarawan dan pemerhati Batavia Chandrian Attahiriyat, Jumat (1/1/2020).
Merujuk dari peta lama Jakarta tahun 1876 terpantau kawasan
Petamburan merupakan kawasan permukiman, Sementara Slipi dan Palmerah merupakan
lahan perkebunan.
Sembilan tahun kemudian yakni tahun 1885 peta kawasan ini berubah, Lahan-lahan
pertanian di sekitaran Slipi berubah menjadi permukiman. Begitupun dengan
kawasan Petamburan yang kini berubah menjadi kawasan permukiman.
“Di sana permukiman warga menjadi kian banyak. Tapi, masih ada kaitannya dengan
pertanian dan kebon pala,” kata Chandrian.
Seiring berkembangnya kawasan Tanah Abang sejak operasi perdana jalur kereta
Jakarta - Angke - Rangkasbitung pada 1 Oktober 1899 oleh Perusahaan Kereta Api
Hindia Belanda, Staatsspoorwegwn Westerlijnen (SS-WL).
Kawasan Tanah Abang kian
berkembang pesat, rumah-rumah penduduk mulai bermunculan di Petamburan yang
hanya berjarak kurang dari 1 kilometer dari Tanah Abang.
Museum Tekstil
Museum Tekstil dibangun sekitar abad ke-19 oleh saudagar Perancis. Bangunan
Museum Tekstil kemudian dijual ke konsulat Ottoman Turki, Abdul Aziz Al Musawi
Al Katiri. Tahun 1942, bangunan itu kemudian dijual kembali ke penjual barang
antik, Karel Cristian Cruq yang dikenal Vermeulen.
Sempat dijadikan markas Pemuda Barisan Pelopor dan BKR tahun 1945. Tahun 1947,
bangunan itu kemudian dibeli dan dijadikan tempat tinggal saudagar Cina Lie
Siong Phin yang kemudian menyewakan kepada Dinas Perumahan Departemen Sosial
dan dijadikan rumah tinggal sekaligus penampungan orang-orang jompo.
Dalam buku ‘Jakarta Sejarah 400 Tahun’ yang ditulis Susan Blackburn. Menjelang
abad 19, Museum Tekstil kemudian dibeli oleh Abban bin Abubakar Alatas,
keturunan Sayid Abdullah bin Alwi Alatas.
Museum Tekstil dibangun sekitar abad ke-19 oleh saudagar Perancis
Pembelian ini menjadi tanda ekspansi dan migrasi orang-orang
Arab dari kawasan Pekojaan ke Tanah Abang. Tak lama kemudian sejumlah orang
Arab bermukim di sekitar Museum Tekstil, Tanah Abang hingga Petamburan.
Chandrian menuturkan di pertengahan 1900-an atau abad 19 kawasan ini kian
padat, sejumlah orang dari pelosok provinsi, khususnya Jawa berdatangan, mereka
kemudian mengadu nasib membuat kawasan Petamburan semakin padat.
Kini berdasarkan data sensus penduduk 2019, Kelurahan
Petamburan, Tanah Abang, yang memiliki luas 0,90 km persegi itu dihuni lebih
dari 32.956 jiwa.
Cikal Bakal Petamburan
Dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, kawasan Petamburan
dahulunya merupakan kawasan kosong. Rumah penduduk di sana masih jarang dan
pohon jati masih ada di wilayah tersebut.
Pada suatu waktu, peristiwa yang menjadi cikal bakal nama tempat itu terjadi.
Kala itu, seorang penabuh tambur meninggal dan dimakamkan di bawah pohon jati
sehingga nama kampung ini sebenarnya adalah Jati Petamburan
Asal mula nama Petamburan yang berasal dari kata tambur |
Lilie Suratminto, dosen Sastra Belanda Universitas Indonesia
menyebut dua versi asal mula nama Petamburan yang berasal dari kata tambur.
Pertama, terkait dengan masa penjajahan Belanda. Kala itu, setiap warga Eropa
yang meninggal, maka warga Betawi di wilayah ini akan memainkan alat musik
tambur untuk mengiri jenazah.
Dan kedua, berasal dari tempat pembuatan tambur untuk militer karena masa itu
para anggota militer juga memerlukan tambur***
Penulis: M Rodhi irfantoSH