POLICEWATCH.NEWS - LAHAT - warga yang tinggal di pemukiman dipinggir jalan mulai dari desa muara Temiang hingga Desa Muara Lawai, mulai terkana dampak polusi debu batubara dari angkutan batubara yang melintas setiap hari mulai pukul 18.00 wib di jalan umum kata " Imranuddin warga Desa Sirah Pulau kepada wartawan Minggu (10/12)
Imran menjelaskan akibat angkutan batubara yang jumlahnya ribuan melintas di jalan umum masyarakat mulai merasakan " dampak Polusi debu batubara" seperti sesak nafas, sementara ini belum ada perhatian dari pemerintah Provinsi Sumsel dan Kabupaten untuk mengatasi" DEBU BATUBARA " sudah di sampaikan kepada pemkab lahat namun belum ada solusi, semoga bupati lahat yang baru dilantik pada Sabtu 9 Desember 2023, dapat memberikan yang terbaik akibat dampak debu batubara yang mengancam warga Merapi area terang " Imran.
Belum lagi setiap malam mulai pukul 18.00 wib jalan lintas Sumatera terkadang macet tidak ada jarak lagi antara truk didepan maupun dibelakang padahal jaraknya sudah ditentukan 60 meter, namun tidak diindahkan karena sudah ribuan angkutan batubara, melintas dijalan raya seharusnya sudah layak buat jalan alternatif, yang sering terjadi kemacetan di simpang jalan PT.TITAN Desa Tanjung Jambu baik di siang hari apalagi malam hari, seharusnya pihak perusahaan mencari jalan keluar yaitu membuat jalan layang untuk menghindari kemacetan terang " Surya Kencana selaku pengguna jalan.
Lihat saja rumah warga di pinggir jalan Mereka memasang jaring untuk mengantisipasi dampak debu batubara yang mengancam kesehatan masyarakat khususnya pemukiman di pinggir jalan
Sudah sebelas tahun Ribuan angkutan batubara mengular setiap hari, sebelum nya melintas di siang hari menuju Palembang, namun sudah berjalan tiga tahun angkutan batubara di perbolehkan melintas pada pukul 18.00 wib, regulasi setelah mendapatkan surat dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumsel ulas " Surya
Dari analisa dampak lingkungan debu batubara rawan dengan penyakit ISPA ( INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) yang mengancam kesehatan warga di Merapi area.
Dari analisa dampak lingkungan menjelaskan sampai saat ini pihaknya telah menganalisa bahwa penyakit yang paling banyak ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). “Faktor nomor satu yang menyebabkan ISPA itu karena lingkungan (debu), bukan karena penularan,” sambung " Bambang MD warga Desa Sirah Pulau mengatakan debu batu bara sangat berbahaya untuk kesehatan manusia. Meskipun tidak melalui proses pembakaran, debu batu bara tetap menghasilkan particulate matter (PM) 2,5, yakni debu melayang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 3 persen dari diameter rambut manusia.
Masker biasa tidak mampu mencegah partikel debu masuk ke tubuh manusia lewat pernapasan. “Harus menggunakan masker khusus yang memiliki filter PM 2,5,” “Harga masker ini 10 kali lipat lebih mahal dibanding masker biasa.”
Bambang menjelaskan PM 2,5 yang menumpuk di paru-paru akan menyebabkan penyakit gangguan pernapasan. Namun ada satu penyakit yang terkait langsung dengan debu batu bara, yaitu black lung (pneumokoniosis) atau paru-paru hitam. Mereka yang tinggal dekat dengan area pertambangan atau bongkar-muat batu bara rentan terkena penyakit ini.
Jurnalis: Bambang/IWO